RINTIHAN ANAK PULAU



Dibawah terik matahari
Langkah kaki mengikuti hati
Sambaran petir kulalui sendiri
Tiada orang ingin mengikuti

Hanya bermodal sampan
Yang ku bawa hanya tentengan

Kulalui ribuan rintangan
Hilang perasaan seram
Tiada orang terpikirkan
Cita anak bangsa yang kelam

 m.irfan rosyadi
 *RIAUPOS 2009


Read More >>

KEBERSAMAAN ITU



Kebijakan cinta yang dianugrahkan kepada seekor semut
Memberikanku sebuat kekuatan yang tak tertandingi
Ketika itu, kutempuh kehidupan yang penuh dengan kebersamaan
Berjuang bersama, Berjalan bersama dan berdiri bersama
Kehangatan terurai dalam dekapan tiada tara

Kawan
Apalah arti ketika kita sendiri ?
Sendiri dan terus sendiri, menyendiri tanpa tepi
Terkurung didalam kotak berbentuk kubus
Hanya ada sudut yang terus menyudutkan
Hingga pikiran berdiri tegak tersudut
Keterbatasan tanpa pintu keluar
Terkunci rapat dalam kungkungan alam
Hanya ada keluh kesah serta kegundahan menyeruak dalam diri
kegundahan yang bertambah-tambah dan terus bertambah
hingga benak beku penuh partikel keras, tak terpecahkan

Kawan
Ingat !
Kehidupan semut sangat indah
Kesendirian membuat gundah
Kebersamaan membawa kebahgiaan

M.Irfan Rosyadi
25032012 (00.14 wib)
*saat kebersamaan menumbuhkan kehangatan dan ketenangan.

Read More >>

DERITA DI UJUNG TOMBAK



    Kobaran api yang menantang pasti datang dari sesuatu hal yang menantang pula, tantangan dan terjangan harus dihadapi dengan semangat yang berkobar. bagaikan si jago merah yang melalap gedung nan tinggi.
        walaupun pahit menghadang, namun harus diterjang dan dilawan. aku tidak akan peduli dengan apa tantangan dan terjangan yang timbul. memang terkadang aku merasa sedih bila harus melewati tantangan  yang begitu berat, namun aku tak bisa mengelak tantangan yang di anugrah kan oleh sang maha kuasa, pemilik jagat raya ini. Dengan ambisi dan daya juang yang bergelora, aku pasti bisa melewati semua ini.
 *****
        Sore itu saat pulang sekolah, sesampai nya di rumah kulihat orang tua paruh baya sedang membereskan peralatan untuk menangkap ikan pada pagi besok, sementara ku lihat alam tidak bershabat, awan-awan komulus nimbus bergumpal-gumpal memenuhi alam raya, hingga menjadi gelap. Angin bertiup kencang membawa rintik-rintik kecil yang membasahi bumi.
         Selesai mengganti pakaian sekolah, aku bergegas pergi membantunya. untuk membereskan peralatan yang sedang dia kerjakan kedalam bangsal[1]. Agar tidak tersentuh partikel-partikel yang berjatuhan dari langit.
       Tidak seperti biasanya, cuaca pada hari ini sangat  buruk, angin timur bertiup kencang menghantam pulau diujung selat melaka, akibatnya sudah dua hari para masyarakat disekitar pulau itu tidak melaut, begitu juga dengan ayah ku. Yang setiap harinya bekerja sebagai nelayan bersama-sama masyarakat setempat. itulah mata pencaharian ayahku sehari-hari. semantara ibuku hanya terlentang menatap langit-langit dan terdiam membisu tanpa gerak sedikitpun, ibuku terserang setruk ketika aku masih berusia 12 tahun. Aku memiliki seorang kakak dan adik, kakakku sudah tidak melanjutkan sekolah lagi, dikarnakan oleh faktor ekonomi yang tidak mengizinkan dia untuk melanjutkan sekolah lagi, sementara aku masih kelas 3 SMP yang tidak tau kemana arah tujuan yang harus aku pilih, Adikku masih berada dikelas 4 SD.
            Seperti biasa, setiap hari minggu aku mambantu ayah untuk menangkap ikan dilaut. Pagi-pagi kami harus pergi melaut dan pulang pada malam harinya, biasanya hasil ikan tangkapan kami sebagian akan di jual dipasar dan sebagiannya lagi untuk makan dirumah. Namun pada hari ini hasil tangkapan kami tidak seperti biasanya, dikarenakan cuaca pada bulan ini tidak menentu. Dan akhirnya kami pulang dengan tangan hampa tanpa hasil tangkapan.
            Sesampainya di rumah, adikku sudah menunggu di depan pintu.“bang, banyak tak dapat ikan hari ne?” Tanpa jawab apa-apa hanya segelintir senyum yang aku lemparkan pada adikku, aku tau pasti anak sekecil itu sangat membutuhkan perhatian dari kakaknya, dan belum tahu bagaimana keadaaan kakaknya disaat itu. Tidak seperti ayahku, orang tua yang sangat menyayangi anaknya, sebenarnya dia ingin sekali melihat anaknya hidup bahagia, namun semua itu hanya hayalan belaka dari mimpi-mimpi yang tak terwujud tanpa usaha yang keras.
            Pernah suatu hari, aku duduk bersama ayah di ujung pelabuhan menunggu datangnya sampan yang di pinjam oleh sahabat karib ayahku untuk memancing ikan. Kami bercerita tentang masa depan keluarga kami.
            “wan, dikau ape masih mau melanjutkan sekolah kalau sudah tamat SMP?”
Aku terdiam sejenak mendengar perkataan dari ayahku, aku tak tau apa yang harus aku jawab.
            “itu tergantung pada ayah saje, kalau memang kita ada biaya untuk melanjutkan SMA, ridwan mau yah, tapi kalau tak ade, tak usah lagi”.
            “bukan begitu wan, uang itu mudah di cari, apa lagi kau lah tulang punggung keluarga, ayah ni dah tue kalau besok ayah sudah tak ada kau lah yang mencari nafkah buat adik dan kakak kau, sementara ibu kau tak dapat apa-apa lagi”. Kulihat wajah ayah yang kelam, kening berkerut-kerut, membuat hati ku merintih ketika mendengar harapan dari seorang ayah yang memiliki semangat berkobar-kobar yang tertanam dalam jiwanya, untuk menyekolahkanku walaupun hanya sebagai seorang nelayan, yang tak pasti berapa penghasilannya dalam sehari .
            Setelah lama kami duduk di pelabuhan, akhirnya datang juga orang yang kami tunggu-tunggu,
*****
            Pagi itu tepat tanggal 20 april bertepatan hari senin, tidak lama lagi aku akan menghadapi ujian nasional, sudah hampir 3 tahun aku arungi masa remaja, namun tidak pernah aku merasakan hal yang kata orang masa remaja adalah masa yang sangat indah dan dipenuhi kebahagiaan. tapi sebaliknya, justru dimasa remaja lah aku merasakan kesulitan yang sangat mendera jiwa dan ragaku.
            Pagi itu aku bersiap-siap pergi kesekolah, sedangkan ayah sedang menyiapkan jaring untuk pergi menangkap ikan. Setelah selesai sarapan yang telah dipersiapkan oleh kakak yang sangat aku sayangi. Aku berpamitan dengan ayah  dan ibu, aku tidak tahu kenapa hari ini perasaan ku ada yang mengganjal, apa lagi ketika aku berpamitan dengan ayah, beliau berpesan kapada ku.
            “belajar yang baik ya nak, semoga allah senantiasa bersama mu dan jangan lupa jaga adik dan kakak mu”.
       Aku hanya menunduk, seraya mencium tangan ayah. Aku tak pernah merasakan hari yang begitu berat untukku melangkahkan kaki dari rumah menuju ke sekolah untuk menggapai bintang yang cerah. Yang menyinari keluargaku. dengan perasaan berat hati aku pergi menuju ke sekolah bersama teman-teman sebayaku.
            Disaat menuju ke sekolah aku hanya diam, diam, dan diam. sementara teman-teman bercerita tentang aktifitas yang mereka lakukan pada hari minggu, biasanya aku dan teman-teman bermain bola bersama-sama, namun pada hari minggu ini aku tidak bisa bermain bersama mereka. aku harus membantu ayah menangkap ikan di laut, sebenarnya ayah tidak pernah mengizinkan aku ikut menangkap ikan, tapi aku tetap ngotot untuk ikut menangkap ikan dilaut dilaut bersamanya, aku ingin berbakti kepada orang tua. Aku sangat perihatin melihat orang tuaku yang sudah separuh baya mencari nafkah sendirian.
        setiap bekerja bersamanya ku lihat matanya memendam rasa yang sangat lelah, letih yang sangat mendalam. namun itulah tanggung jawab sebagai kepala keluarga harus memberi nafkah untuk keluarganya.
            Tak terasa setengah jam aku dan teman-teman berjalan kaki dari rumah menuju kesekolah dan akhirnya kami sampai juga dan langsung menuju kekelas, saat menuju ke kelas teman-teman yang kulewati terlihat aneh melihatku. Aku pun tak tahu kenapa mereka sinis melihat ku. Mungkin di karnakan, aku tidak  seperti biasa yang mereka lihat. memang hari ini aku tidak tahu mengapa aku seperti ini, aku hanya diam, pikiran ku melayang-layang dengan kata-kata yang ayah lontarkan di saat aku berpamitan denganya. selama aku hidup belum pernah mendengarkan kata-kata yang sangat menusuk kalbuku seperti saat ini.
            Sesampainya di kelas aku langsung menuju mejaku, disudut pas di bawah peta kabupaten, aku duduk disebelah teman ku. yang orang tuanya bekerja sebagi nelayan bersama-sama dengan orang tuaku, setiap hari minggu biasanya kami berdua membantu orang tua melaut, namun pada hari minggu kemaren dia tidak ikut melaut bersama orang tua nya. Dia di ajak paman nya kekota, untuk melihat sekolah yang akan dia tuju setelah lulus dari SMP nanti, aku sangat bangga kepada nya, walaupun orang tua nya bekerja sebagai nelayan, namun tidak menggoyah kan cita-citanya yang ingin menjadi pilot.
            “din , kemaren kau kekota ya?”.
            “ia, dari mana kau tau ?”
            “aku tau dari bapak kau, kemaren aku sama-sama dengan bapak kau melaut trus aku       Tanya dengan bapak kau”.
            “o…ya din, katanya kau mau sekolah dikota ya?”.
            “itu baru rencana wan, belum pasti lagi” jawab nya
            “rencana nya kau mau masuk sekolah apa?”tanya ku
“kemaren aku mau di masukkan SMK, biar tamat SMK, aku langsung      dapat berkerja. Kalau kau wan mau melanjutkan sekolah dimana?”
            “aku belum tau lagi din, kalau bisa sich nyambung lah, ilmu itu kan penting din, itu pun kalau ada duet”.
            Belum lama kami ngobrol, tiba-tiba lonceng masuk pun berdentang, semua siswa menuju kekelasnya masing-masing. hari senin ini sekolah kami tidak melaksanakan upacara bendera, karna lapangan di genangi oleh air, sudah satu minggu hujan membasahi bumi ditimur selat Melaka.
*****
       Disaat suasana belajar, sungguh tidak tenang batinku. Bagai kan genderang mau perang yang di hantam ribuan masalah dan rintangan. Ketika mata ku tertuju keluar tanpa memperhatikan penjelasan buk guru di depan kelas. Kulihat mata hari bersinar tidak lagi leluasa. terhadang awan gelap gulita. Tidak lama kemudian guruh kembali bersahut-sahut mengepung langit, tiupan angin membawa rintikan gerimis yang berganti hujan yang tercurah dari ember raksasa, sehingga membasahi alam yang indah ini. Kutatap langit kelabu dengan rasa was-was yang mendalam. Pikiran kuterbang melayang memikirkan ayah ku yang sedang melaut, beliau pasti sangat kedinginan, menentang ombak yang sangat ganas, sambaran petir menjilat-jilat bagaikan si jago merah yang ingin melahap gedung raksasa.
            Kulihat dari kejauhan ada seseorang berlari tergopoh-gopoh melewati derasnya hujan untuk menuju kekelas ku. mataku samar-samar  melihat orang itu, namun aku kenal dengan bentuk tubuhnya yang di selimuti kabut asap, rambut nya menjulur panjang. Lama ku tatap orang itu dari kejauhan. Akhirnya aku tahu juga disaat dia berteriak-teriak memanggil namaku, kami satu kelas pun heboh disaat mendengarkan suara itu.
“kalau tidak salah itu adalah suara kakak” batinku suara itu makin lama, makin jelas mendekati kelas ku.
“wan,…….wan,…..wan,……pulang wan”    panggil nya
      Suara itu merangsang kepikiranku yang dari tadi melayang tidak tentu arah, aku pun langsung berlari keluar kelas. Kulihat kakak menangis tersedu-sedu, aku tidak tahu entah apa yang terjadi. Kakak langsung memelukku dan berbicara dengan terbata-bata.
            “wan…..wan….a….a..ayah wan” ucapnya
            “Ada apa kak dengan ayah” aku panik
            “ayah wan” kakak ku mengulangi perkataan nya
            “ayah kenapa kak?”Tanyaku,dengan nada meninggi
            “ayah tenggelam wan”
      Tanpa banyak kata-kata aku langsung berlari menuju kerumah, melintasi terjangan air hujan yang menghadang, yang diiringi deraian air mata yang mengalir membasahi pipi. Hati ku sangat terpukul setelah mendengar kabar yang tak pernah terlintas dalam benakku.
            Sesampai dirumah, kulihat orang telah banyak berkumpul. Air mata ku makin deras membasahi bumi, tak sanggup aku tahan. Aku langsung masuk kedalam rumah tanpa mengganti pakaian terlebih dahulu. kulihat adik kecil ku menungisi sebelah jasad yang telah terbujur kaku terselimuti kain putih yang menutupi seluruh tubuh nya, sedangkan ibuku tidak bisa berbuat apa-apa, hanya mengalirkan air mata tiada henti.
            Hujan pun mulai reda, tapi tak bisa meredakan tangisku, adik, kakak dan ibu. Ayah yang selama ini sangat kami  sayangi telah pergi meninggalkan kami semua.
            Setelah selesai di solat kan, jasad ayah langsung di bawa kepemakaman,  saat kupikul jenazah ayah untuk berangkat menuju istana terakhirnya. Air mata ku berderai-derai serentak dengan langkah kaki ku. Awan menyelimuti pemakaman ayah ku tercinta.                                
      Selesai sudah pemakaman ayah,  sangat berat rasanya ketika aku harus meninggal kan seonggok tanah yang menjadi rumah terakhir untuk ayah. Hanya teriring doa yang ku kirim kan buat ayah, semoga ayah diterima disisi nya, aku yakin suatu saat kelak kami pasti bisa bertemu kembali di surganya.

                                                                                    Darel hikmah,20 des 2009
                                                                                                M.irfan rosyadi
                                                           Mahasiswa ilmu ekonomi UII





[1] Tempat untuk barang-barang berat, seperti cangkul dll, atau seperti gudang


Read More >>

SEKENARIO KEHIDUPAN KU



Sekenario kehidupan ku
Berputar mengikuti naskah drama yang tak aku ketahui
berjalan mengikuti alur yang tak pasti
Tak terasa, gonjang-ganjing irama
Dan nada kehidupan telah kuarungi

Produser kehidupan ku
Kamera kejahatan selalu menyorot ku
Selalu menggoda ku untuk melakukan ekting yang tak menentu
Sehingga aku terjerumus ke seting yang hina

Wahai preduser kehidupan ku
Hati kecil ini, memberontak karna antagonis mu
Malaikat nurani ku selalu merintih
Loding otak ku selalu gelisah

Wahai produser kehidupan ku
Apakah ini naskah drama takdir ku ?

Karya: M, irfan rosyadi
We_h@,24 nov “10
21,38 wib
Read More >>

MASIH TERMENUNG DISINI



Saat mentari terbenam meninggalku disini
Aku masih termenung sendiri. sepi
Hingga gelap timbul menghilangkan jejak langkah kaki
Malam datang tanpa ku undang dan akan slalu datang
Menemani tanpa meninggalkan sepatah kata yang berarti

Rembulan hanya bisa tersenyum kala ku tatap dengan kegundahan
Terkadang rembulan bersembunyi dibalik awan
Enggan menemani malam kesendirianku
Hanya suara binatang kecil slalu setia memaki

Aku masih termenung disini.
Bersama angan-angan yang terbang melayang
Dikala dinginnya malam menerpa seluruh raga
Mata mengikuti gerak kunang-kunang yang menari di pepohonan menikmati embun bertaburan
Sungguh indah tarian itu.

Renungan ini hanya membawa beban yang tak terselesaikan
Jiwa ini tertekan dengan fenomena yang menghimpit
Sakit, sungguh sakit
Malam tak bisa mengobatinya
Sementara bintang hanya bisa mengejek
tak yakin bisa ku gapai dengan renungan tanpa batas
Aku malu, tersudutkan oleh skenario kehidupan

Esok, Saat mentari cerah datang menghampiriku
akan ku Hentikan kegundahan dan mematikan kesengsaraan

M. irfan rosyadi
Santri darel hikmah,
15 januari 2013
@Ruang tanpa batas

*TERBIT DI RIAUPOS (1 FEBRUARI 2013)
Read More >>

PENTAS LAMUNANKU



“hadirin yang berbahagia, maba[1] dan miba[2] yang kami sayangi. Memasuki acara yang ke tiga yaitu sambutan dari ketua Lembaga Eksekutif Mahasiswa, kepadanya kami persilahkan”. Suara MC menggama dilapangan yang dipenuhi oleh ribuan pasang mata intelektual muda.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu”.
“ allhamdulillahirabbil alamin assalatuassalamuala asrafil ambiya’iwalmursalin wa’ala alihi wasyahbihi ajma’in…amma ba’du.
Yang saya hormati, bapak rektor Universitas Islam Indonesia beserta jajaran dekanat yang berkenan hadir memenuhi undangan kami,
Dan tidak lupa buat teman-teman, serta maba yang saya banggakan dan miba yang saya sayangi.
Setinggi puji sedalam syukur tetap tercurahkan kepada allah SWT yang telah memberikan kita nikmat jasmani dan nikmat rohani sehingga kita bisa bertatap muka dan momen yang sangat penting bagi sebagian kakak kelas untuk berjabat tangan dengan miba…hehehehe jomlo ni ye.
Sholawat beriringkan salam mari kita hadiahkan buat junjungan alam yakni nabiuna Muhammad SAW, allahummasholli ala sayidina muhammad wa ala alihi wa’ashabihi ajama’in.
Hadirin yang berbahagia,
Saya berdiri dihadapan insan-insan intelektual yang berjiwa besar, ujung tombak kemajuan Indonesia. Saat ini negara kita sangat memerlukan tokoh-tokoh yang berkompeten dalam bermain catur_ istilahnya seperti itu lah_dikancah nasional dan internasional. Aduh kok serius kali ne, hehehehe. Ya udah sebenarnya saya berdiri di sini hanya ingin mengucapkan selamat datang, welcome, ahlan wasahlan buat intelektual muda yang telah tepat memilih tempat menimba ilmu, kampus kesayangan kita, ysng merupakan kampus kebanggaan Indonesia sebagai ruang untuk memperdalam keilmuan kita semua.
Hanya itu yang dapat saya sampaikan kesempatan siang yang penuh rahmad, insyaallah. Karena kita berada didalam bulan ramadhan. Mudah-mudahan maba dan miba kuat menjalankan puasa pada hari ini, amin. Sebelum saya menutup sambutan dari saya, ada sepatah pantun dari tanah kelahiran saya_Riau_.

Buah sagu enak rasanya
Jangan lupa dicampur madu
hati daku gembira rasanya
karena mendapat adik yang baru

Sekian, wabillahitaufik wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatu”.  Deg… deg …ser… jantung ku saat memberikan sambutan yang pertama kalinya dihadapan mahasiswa, walaupun sudah  4 tahun latihan pidato didepan kaca tetap saja celana goyang buatan ibuku berayun padahal tidak ada angin sama sekali.
*****
PonPes Deh@ 2009
“Masjid adalah rumah allah, oleh karena itu mari kita memakmurkan masjid. Agar kita mendapatkan ganjaran pahala dari allah SWT”. Suara dan kalimat itu sudah 1001 kali hinggap ditelinga ku dan ratusan teman seperjuangan_yang mendengarkan_ Saat berada dipenjara suci yang telah lama aku tinggalkan. Apa kabar penjara suci yang kadang ku rindukan dan kadang membosenkan?.
“ man la yaa tazakkir  wahua kirdun”. Kirdun_monyet_, hampir puluhan santri yang disebut monyet, termasuk aku. Hehehe, Tidak tahu kenapa. Kalimat itu kalau diartikan secara harfiah “ barang siapa yang tidak berzikir, dan dia adalah monyet”. Harus berapa kali aku dipanggil monyet ?, entah lah.  Setiap sholat shubuh, zuhur, dan asyar. Aku slalu mengantuk saat mendengan suara merdu, sahdu dan sayup-sayup, seperti nyanyian sebelum tidur yang dinyanyikan oleh ibu ku waktu aku masih SD.
Sungguh cepat waktu yang ku lalui di penjara suci, tak terasa 3 tahun sudah aku menuntut ilmu di tempat yang penuh dengan canda tawa yang kadang terselip kesedihan dan kegelisahan. 3 tahun terasa 3 bulan, hehehehe lebay lah. Ya, begitulah kenyataannya kawan, karena waktu sangat cepat berlalu. Shubuh berganti zuhur, zuhur berganti asar, asar berganti magrib dan magrib berganti isya’. Jadi waktu untuk bermain dan berleha-leha santai bersama teman-teman sambil mengisap cidung[3] dikamar 12 madinah, hehehehe._cidung kami adalah CM _clas mild_dan SM_sampoerna mild. Ah itu tak perlu diceritakan, tau sendiri lah kawan.
tiga tahun dipenjara suci, hampir 3000 kali_bila dihitung menggunakan statistik teori david richardo_ aku mendengarkan wejengan-wejengan[4] yang berarti bila ku nikmati dan membosenkan bila SM ku lagi habis. Yach SM lagi, hehehehe. Tetapi ada beberapa wejengan yang sampai saat ini aku ingat, terpatri dalam jiwa dan memori ku. Maaf kawan hanya tiga wejengan yang bisa aku sebutkan. Yang pertama wejengan dari pengasuh yang telah mendahului kita semua.
“ikat lah hati mu dengan masjid, dimana pun kamu berada”.
Semoga beliau selalu bersinar dan menyinari hati kita yang mencintainya. Sedangkan wejengan yang kedua adalah dari wakil pimpinan bidang pendidikan, semenjak pengasuh yang kita cintai dipanggil oleh sang khalik, beliau_walik pimpinan bidang pendidikan_ menggantikannya sebagai pengasuh.
“selaraskan pikiran dan hati, dalam melakukan apa yang kamu ingin lakukan”.
Jujur kawan, kata-kata itu sangat sulit untuk aku praktikkan dalam mengambil keputusan, tetapi yakin lah kawan, kita bisa terus berjuang dan jangan menyerah. Wejengan yang ketiga.
“disaat kamu menuntut ilmu apa yang kamu rasakan sulit, maka laksanakan lah/jalanilah/lawan kesusahan itu. Karena setiap apa yang kita rasakan pahit saat ini, akan menjadi manis dimasa akan datang”. Kata-kata ini selalu aku coba dan terus ku coba dalam mempraktikannya di kehidupan sehari-hari. Tetapi jangan salah mengartikannya, maksud dari kata-kata ini hampir sama dengan “bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian”. Aku rasa hanya beberapa yang orang yang tahu dengan apa yang diucapkan oleh wakil pimpinan tiga ini. Karena saat itu hanya beberapa teman-teman REMAS _remaja mesjid_ yang menetap dimasjid setelah selesai mengaji bersama wakil pimpinan tiga.
*****
Kampus, @2011
“fan…fan..yach melamun”. sapa neng
“owh..ia neng ada apa ?” tanya ku kaget
“acara udah selesai ne, pulang yok”
“ ayok”
Sungguh panjang lamunanku saat itu, sampai-sampai acara sudah selesai aku sendiri tidak tau. Sambil berjalan menuju keparkiran, aku tersenyum semar mesem sendiri. “Huf, kisah lama itu kembali teringat lagi ya”. Tanyaku dalam hati. “ terima kasih ustad, wejengan dari mu sangat berarti buatku saat ini, karena contoh dari mu. Aku bisa berdiri gagah dihadapan ribuan mata miba yang cantik-cantik, hehehe.
“fan, sambutanmu tadi luar biasa ya” puji dari neng
“wah biasa ja rasanya neng. Hehehe”
“hmm, kamu lulusan pesantren ya fan ? tanya neng.
Kawan tau gak? Serba salah aku mau menjawab pertanyaan dari gadis bandung yang lumayan jelita ini. Karena selama ini Identitas ku sebagai lulusan pesantren berusaha aku tutup-tutupi sebisa mungkin, jadi otomatis teman-teman kampus tidak mengetahui, bukan karena kau malu atau mimder, akan tetapi aku ingin mereka tahu sendiri dari kepribadian dan tingkah laku ku.
“yach begitu lah neng”.
“wah kebetulan sekali fan, besok dirumah paman ku ada acara khitanan anak nya. Jadi kamu bisakan memberikan tausiah dalam acara itu? Aku mohon”. Pinta neng dengan sangat.
“aduh gimana ya neng, jadi gak enak aku ne. hmm…insyaallah aku bisa”.
“makasih ya fan”
“sama-sama neng”
Kawan, Tahu kah kau bahwa gadis yang bernama neng ini adalah santriwati lulusan gontor putri yang memiliki potensi lebih dari pada aku, ia adalah anak kyai pengasuh salah satu pesantren didaerah bandung yang bersama-sama dengan ku menuntut ilmu di Universitas Islam Indonesia. Ia juga sangat terampil dalam berbahasa asing, bahasa arab dan inggrisnya cair bagai air mengalir, sedangkan aku?. kadang aku merasa minder bila berada satu kelas dengannya.
Cukup sekian surat cinta buat pesantrenku, dari insan yang penuh dengan kehilafan. Teruslah maju pesantrenku, tampil terdepan dalam berkompetisi mengikuti arus dunia yang setiap saat berubah, serta tetap membentuk dan mengokohkan insan-insan yang berkompeten serta menjunjung tinggi amar ma’ruf nahi mungkar.

“sesuatu hal yang kita rasakan saat ini, adalah buah dari masa lalu”
M. irfan rosyadi
Alumni 14 ponpes d3h@



[1] Mahasiswa baru
[2] Mahasiswi baru
[3] Sebutan rokok dalam bahasa sehari-hari kami di penjara suci
[4] Nasehat-nasehat, dalam bahasa jawa in djogja
Read More >>

DARI DO’A KE BEASISWA



@kampus 2010
*****
“fan, kamu dipanggil pak harto”. Panggil rudi
“wah, ada apa ya rud saya dipanggil pak harto?” tanya ku kaget
“ gak tau gue fan”. Jawab rudi, singkat
Aku langsung bergegas berdiri dari tempat duduk ku dan berlari kecil menaiki tangga menuju ruang jurusan tempat pak harto berada. Sesampainya diruang jurusan, ku hela nafas panjang sambil mengusahakan diri untuk bertenang. Jarang-jarang ada mahasiswa sepertiku dipanggil oleh ketua jurusan, kalau ada pun, biasanya mahasiswa yang mendapatkan benang merah tanda DO[1]. Karena jarang kuliah atau SPP menunggak 13 bulan, tapi aku sering masuk kuliah, setiap ada tugas aku kerjakan dengan baik, dan SPP ku alhamdulillah tidak menunggak. “huf, kenapa gerangan aku dipanggil pak harto?” kenang ku dalan hati._Ketua jurusan yang berwajah kalem, berkumis lebat, berbadan tegap. Bissmillahirohmanirrohim aku memberanikan diri mengetuk pintu, ruangan pak harto.
“Assalamualaikum” sapa ku dari luar ruangan
“wa’alaikumsalam, masuk fan” jawab pak harto, sekalian mempersilahkan aku masuk
“Terima kasih pak, ada apa ya saya dipanggil?”
“oo. Gini fan, jurusan kita akan mengadakan acara halal bi halal se Universitas, jadi semua manual acara di isi oleh mahasiswa jurusan kita, hampir semua agenda sudah ada yang mengisi, namun tinggal dua agenda yang masih kosong. Yang pertama ngaji, yang kedua do’a.bapak berharap irfan bisa mengisi salah satu dari dua acara tersebut. Kebetulan irfan kan lulusan pesantren. Sekarang bapak tanya sama irfan, irfan mau ngaji atau do’a?”.
Muka ku barubah menjadi merah padam saat mendengarkan penjelasan dari pak harto, sungguh beban yang berat bagi ku. sebuah permohonan untuk mengisi salah satu acara tersebut mencabar jati diri ku sebagai “SANTRI”.
Mengaji?, dahulu memang pernah aku belajar mengaji mahrojul huruf[2]  dengan ibu ku saat aku masih barada di bangku madrasah idtida’iyah dan dengan ustad khoirul ketika aku berada dipesantren. Namun kualitas melafalkan huruf hijaiyah tidak tepat dan sering kebacut . andai saja disini ada sahabat ku, pasti sesaat itu langsung ku telpon untuk meminta bantuan agar dia mengaji di acara itu.
Do’a ? “ wah do’a, hmm bisa tidak ya ?”. semenjak berada di pondok, aku tidak pernah berdo’a dan diamini dengan orang banyak. Karena setiap sholat, aku selalu berada di shaf paling belakang_sebelah adik-adik MTS_, selesai sholat, zikir, trus duduk diam menengadahkan kedua belah tangan lalu mengucapkan  amin. Sampai ustad atau kakak kelas dan kadang kala ada teman yang memberanikan diri untuk membaca do’a.
“ya allah, tantangan ku kali ini terasa berat, tapi terhidang di depan muka yang merah padam dihadapan ketua jurusan yang berkumis tabal ini.” Batin ku
“gimana ya pak ? jujur ya pak, saya tidak pinter mengaji dan suara saya jelek”. Malu nya aku
“ya udah, irfan do’a saja ya? Tolong jangan ditolak permintaan bapak. Karena acara sudah tinggal dua hari lagi, mau mintak tolong dengan siapa lagi bapak, selain dengan irfan. Irfan tau sendiri lah, teman-teman kamu belum tentu bisa berdo’a dihadapan umum, jadi bapak berharap irfan bisa mengisi acara itu”, pinta pak harto dengan wajah lembutnya
“ia pak, insyaallah akan saya usahakan”, jawab ku lesu
“oke, terima kasih ya fan, sekarang irfan boleh kembali’.
‘ia pak, assalamualaikum”.
“wa’alaikumsalam’.
Deg..deg..ser tubuh ku ketika keluar dari ruangan yang menyeramkan bagi mahasiswa yang mendapatkan warning DO, hehehe. Tapi aku bersyukur, aku dipanggil bukan karena mendapatkan warning DO. Namun bagi ku, beban dari pak harto lebih menyeramkan dari pada warning DO saat itu.
*****
Hari yang ditunggu-tunggu telah didepan mata, acara demi acara telah berlalu, tak terasa setelah siraman rohani dari KH. Musthofa bisri sebentar lagi selesai. Dada ku berdetak kencang begaikan tanah yang di gempur oleh rudal 1B93 buatan rusia yang sengaja dijatuhkan untuk meluluh lantakkan bangunan-bangunan bertingkat di negri yang terkenal dengan minyak buminya_irak_, bayangkan saja kawan betapa dahsyatnya getaran itu. Seperti itulah kondisi dada ku, tangan bukan main dingin, nafas naik turun bagaikan lari terbirit-birit dikejar anjing tetangga.
“selanjutnya do’a, kepada m. irfan rosyadi kami persilahkan”.
Jantung ku semakin kencang berdetak, tak terkendali. Seandainya di hitung menggunakan mesin pendeteksi jantung, mungkin sudah melonjak keangka yang tak terkira, satu detik 50 kali jantung ku berdetak. Luar biasa kawan. tapi yang jadi pertanyaan, ada atau belum ada mesin pendeteksi jantung itu kawan?. Entahlah.
Dengan gagah aku berdiri maju keatas podium, dengan langkah tegap seperti ustad yasmar ketika menaiki podium untuk berkhutbah dihari jum’at. Menggunakan jas berwarna cream, baju batik sedikit terlihat dibagian tengah jas yang tidak dikancingkan, peci hitam agak sedikit miring kekanan seperti presiden soekarno, begitulah kira-kira kawan.
Berdiri sudah aku dipodium, dihadapan para dekan dan mahasiswa ilmu ekonomi, pak rektor juga hadir dalam ruangan ini._sinis melihatku_ mungkin agak heran karena langka mahasiswa sepertiku naik podium untuk membaca do’a, yang lebih sepertiku kemungkinan banyak. Hehehe
Pembacaan do’a ku awali dengan melafalkan basmallah, alhamdulillah dilanjutkan dengan do’a untuk kedua orang tua serta beberapa do’a yang ada di aurodhul fajar[3]. di tengah-tengan do’a berbahasa arab, sedikit ku selipkan do’a berbahasa indonesia. Beginilah do’anya.
“ya allah ya tuhan kami, jadikanlah kami mahasiswa. Mahasiswa yang baik”
“Ya allah ya tuhan kami, jadikanlah dosen-dosen kami, dosen yang baik”
“Ya allah ya tuhan kami, jadikanlah pemimpin-pemimpin kami, pemimpin yang baik”
Selanjutnya aku lanjutkan dengan do’a penutup, yaitu do’a khafaratul majlis[4] seperti yang diajarkan oleh ustad imat saat aku berada di pondok.
Allhamdulillah selesai sudah pembacaan do’a, rasa bangga terselip dalam jiwaku. Ini lah aku santri darel hikmah sebenarnya. Hehehehe. Dengan sedikit membusungkan dada, aku kembali ke tempat duduk ku. Ingin rasanya aku melambaikan tangan dihadapan ratusan hadirin. Hehehe, dasar wong katrok.
*****
Malam ini, malam indah yang aku rasakan. Siang tadi, siang yang cemerlang, gemilang dan terbilang yang pernah aku rasakan. Karna aku sudah punya nyali untuk tampil dihadapan dosen dan teman-teman. Padahal selama 36 bulan dipesantren, hanya 6 kali aku berdiri dihadapan teman-teman seperjuangan didalam kurungan penjara suci. Berdiri pertama kali karena aku santri baru dipaksa untuk memperkenalkan diri. Yang kedua karena aku menjadi pembawa acara disaat muhadarah[5] tingkat kamar. Yang ketiga, empat, lima dan enam karena aku dihukum oleh ustad, disebabkan aku terlambat masuk kelas, tidak menghafal mufrodat[6] dan tidak mengumpulkan tugas. Hehehe. sungguh miris dan menyedihkan sekali histori ku dimasa lalu, sampai-sampai muka ini lebih tebah dari pada tembok rayon madinah. Tapi ingat kawan, karena sudah terbiasa dihadapan teman-teman dan ustad dalam kondisi memalukan. Saat ini aku bisa berdiri dihadapan dosen dan mahasiswa dalam kondisi membahagiakan.percaya atau tidak, kawan-kawan pasti bisa merasakan apa yang aku rasakan.
*****
2 bulan setelah peristiwa itu berlalu.
“oh ya rud, dengar-dengar ada lowongan beasiswa dari jurusan ya?”
“ia fan, aku udah siap ne semua berkasnya”
“wah, kamu kok gak ada ngasi tau aku rud?”
“maaf fan, aku aja tau ada beasiswa dari rifki. Katanya dia dikasi tau oleh kakak tingkat”
“owh ngono tho, aku mau ngajukan juga lah, apa aja persaratannya rud?”
“Kamu liat aja di group jurusan kita”
“Oke la kalo gitu rud”
Aku langsung menuju keruangan komputer untuk melihat persyaratan beasiswa tersebut. 15 menit aku di depan komputer, ternyata persyaratan yang dibutuhkan hanya foto kopi kartu mahasiswa dan sertifikat. Wah sangat bahagia aku mengetahuinya, karena aku banyak memiliki sertifikat-sertifikat, hampir 15 sertifikat pramuka dan perlombaan-perlombaan yang pernah aku ikuti. Yang terpenting adalah 2 sertifikat organisasi yang pernah aku lalui. Tahu kah kawan sertifikat apa saja? Ayo inget-inget, hehehhe. Yaitu sertifikat OSDH[7] dan REMAS[8].
Ketika semua persyaratan terlengkapi, langsung aku serahkan persyaratan tersebut ke kantor jurusan. Saat aku tanya petugas penerimaan berkas beasiswa, kapan beasiswa akan di umumkan?. Katanya, sekitar dua minggu lagi. Dengan sabar aku menunggu pengumuman itu keluar.

2 minggu kemudian
alhamdulillah fan, persyaratan aku diterima !” teriak rudi dari depan papan pengumuman
“ ia rud? Aku diterima gak?”tanya ku
“liat sendiri lah fan” rudi langsung berlari ke kantin untuk menemui teman-teman
Dengan perasaan was, was, aku menghampiri papan pengumuman yang terpampang disebelah kantor jurusan. Jari telunjukku terus mencari-cari nama ku, dari nomor terbawah sampai kepertengahan, tidak ada tertera nama ku, yang mirip dengan namaku pun tidak ada. Sampai ke urutan pertama pun belum aku jumpai. Seketika badan ku lesu, lemas. Aku langsung beranjak pergi meninggalkan papan pengumumam, menuju kekantin untuk menemui rudi dan teman-teman yang lain.
“fan, jangan lupa traktirannya ya !” panggil siska
“traktiran apa sis?”
“kamu kan lulus persyaratan beasiswa, coba liat dipapan pengumuman didepan ruang komputer!”
“apa? Didepan ruang komputer?” tanyaku sinis
“ia “jawab siska
Aku langsung berbalik arah menuju keruang komputer. Sesampainya di depan ruang komputer, nafas ku naik turun seperti orang dikejar pocong seperti dalam film tali pocong perawan yang di perankan oleh dewi persik saat itu, hehehe. Tapi aku kurang tau adegan pocong dalam film itu (karna aku “Cuma” denger cerita dari teman dan abang kelas waktu di pondok) hehehe.
alhamdulillah ya allah, aku lulus”
Baru aku tahu, bahwa program beasiswa yang diadakan oleh jurusan ada dua. Yang pertama dari jurusan, sedangkan yang kedua adalah kerja sama antara jurusan dengan PT  HM sampoerna Tbk. Rudi sahabatku, dia mendapatkan beasiswa 4 juta per dua semester dari jurusan, sedangkan aku, alahamdulillah mendapatkan 5 juta per satu semester dari jurusan dan PT HM sampoerna Tbk. Lumayan kawan.
Ingat kawan, berkat sertifikat yangg aku dapatkan dipenjara suci, aku bisa meringankan beban ayah dan ibu ku dalam menyekolahkan ku. Padahal dulu aku berpikir kertas yang berwarna-warni, dibawahnya tergores tinta hitam bergelombang halus naik turun seperti cacing hitam disiram minyak oli kotor_tanda tangan_itu tidak berguna disaat aku kuliah. Tapi, aku salah kawan.

m.irfan rosyadi
Djogja, 20 sept 2011 pukul 17:18 wib




[1] Droup out
[2] Tempat keluar huruf, dalam bahasa arab
[3] Kumpulan do’a, sholawat dan zikir. Yang ku dapatkan saat di pondok darel hikmah
[4] Subhanakallah humma wabihamdika asshaduallailahaillah anta astagrfiruka wa’atubuilaih
[5] Belajar berpidato
[6] Kata-kata dalam bahasa arab
[7] Organisasi Santri Darel Hikmah
[8] Remaja masjid
Read More >>