KEBERSAMAAN ITU
Kebijakan
cinta yang dianugrahkan kepada seekor semut
Memberikanku
sebuat kekuatan yang tak tertandingi
Ketika
itu, kutempuh kehidupan yang penuh dengan kebersamaan
Berjuang
bersama, Berjalan bersama dan berdiri bersama
Kehangatan
terurai dalam dekapan tiada tara
Kawan
Apalah
arti ketika kita sendiri ?
Sendiri
dan terus sendiri, menyendiri tanpa tepi
Terkurung
didalam kotak berbentuk kubus
Hanya
ada sudut yang terus menyudutkan
Hingga
pikiran berdiri tegak tersudut
Keterbatasan
tanpa pintu keluar
Terkunci
rapat dalam kungkungan alam
Hanya
ada keluh kesah serta kegundahan menyeruak dalam diri
kegundahan
yang bertambah-tambah dan terus bertambah
hingga
benak beku penuh partikel keras, tak terpecahkan
Kawan
Ingat
!
Kehidupan
semut sangat indah
Kesendirian
membuat gundah
Kebersamaan
membawa kebahgiaan
M.Irfan Rosyadi
25032012 (00.14 wib)
*saat kebersamaan
menumbuhkan kehangatan dan ketenangan.
DERITA DI UJUNG TOMBAK
Kobaran api yang menantang pasti datang dari sesuatu hal yang
menantang pula, tantangan dan terjangan harus dihadapi dengan semangat yang
berkobar. bagaikan
si jago merah yang melalap gedung nan tinggi.
walaupun pahit menghadang, namun harus
diterjang dan dilawan. aku tidak akan peduli dengan apa tantangan dan terjangan
yang timbul. memang terkadang aku merasa sedih bila harus melewati
tantangan yang begitu berat, namun aku
tak bisa mengelak tantangan yang di anugrah kan oleh sang maha kuasa, pemilik
jagat raya ini. Dengan ambisi dan daya juang yang bergelora, aku pasti bisa
melewati semua ini.
*****
Sore itu saat pulang sekolah, sesampai
nya di rumah kulihat orang tua paruh baya sedang membereskan peralatan untuk
menangkap ikan pada pagi besok, sementara ku lihat alam tidak bershabat,
awan-awan komulus nimbus bergumpal-gumpal memenuhi alam raya, hingga
menjadi gelap. Angin bertiup kencang membawa rintik-rintik kecil yang membasahi
bumi.
Selesai mengganti pakaian sekolah, aku
bergegas pergi membantunya. untuk membereskan peralatan yang sedang dia
kerjakan kedalam bangsal[1].
Agar tidak tersentuh partikel-partikel yang berjatuhan dari langit.
Tidak seperti biasanya, cuaca pada hari
ini sangat buruk, angin timur bertiup
kencang menghantam pulau diujung selat melaka, akibatnya sudah dua hari para
masyarakat disekitar pulau itu tidak melaut, begitu juga dengan ayah ku. Yang
setiap harinya bekerja sebagai nelayan bersama-sama masyarakat setempat. itulah
mata pencaharian ayahku sehari-hari. semantara ibuku hanya terlentang menatap
langit-langit dan terdiam membisu tanpa gerak sedikitpun, ibuku terserang
setruk ketika aku masih berusia 12 tahun. Aku memiliki seorang kakak dan adik,
kakakku sudah tidak melanjutkan sekolah lagi, dikarnakan oleh faktor ekonomi
yang tidak mengizinkan dia untuk melanjutkan sekolah lagi, sementara aku masih
kelas 3 SMP yang tidak tau kemana arah tujuan yang harus aku pilih, Adikku
masih berada dikelas 4 SD.
Seperti biasa, setiap hari minggu
aku mambantu ayah untuk menangkap ikan dilaut. Pagi-pagi kami harus pergi
melaut dan pulang pada malam harinya, biasanya hasil ikan tangkapan kami
sebagian akan di jual dipasar dan sebagiannya lagi untuk makan dirumah. Namun
pada hari ini hasil tangkapan kami tidak seperti biasanya, dikarenakan cuaca
pada bulan ini tidak menentu. Dan akhirnya kami pulang dengan tangan hampa
tanpa hasil tangkapan.
Sesampainya di rumah, adikku sudah
menunggu di depan pintu.“bang, banyak tak dapat ikan hari ne?” Tanpa jawab
apa-apa hanya segelintir senyum yang aku lemparkan pada adikku, aku tau pasti
anak sekecil itu sangat membutuhkan perhatian dari kakaknya, dan belum tahu
bagaimana keadaaan kakaknya disaat itu. Tidak seperti ayahku, orang tua yang
sangat menyayangi anaknya, sebenarnya dia ingin sekali melihat anaknya hidup
bahagia, namun semua itu hanya hayalan belaka dari mimpi-mimpi yang tak
terwujud tanpa usaha yang keras.
Pernah suatu hari, aku duduk bersama
ayah di ujung pelabuhan menunggu datangnya sampan yang di pinjam oleh sahabat
karib ayahku untuk memancing ikan. Kami bercerita tentang masa depan keluarga
kami.
“wan, dikau ape masih mau
melanjutkan sekolah kalau sudah tamat SMP?”
Aku
terdiam sejenak mendengar perkataan dari ayahku, aku tak tau apa yang harus aku
jawab.
“itu tergantung pada ayah saje,
kalau memang kita ada biaya untuk melanjutkan SMA, ridwan mau yah, tapi kalau
tak ade, tak usah lagi”.
“bukan begitu wan, uang itu mudah di
cari, apa lagi kau lah tulang punggung keluarga, ayah ni dah tue kalau besok
ayah sudah tak ada kau lah yang mencari nafkah buat adik dan kakak kau,
sementara ibu kau tak dapat apa-apa lagi”. Kulihat wajah ayah yang kelam,
kening berkerut-kerut, membuat hati ku merintih ketika mendengar harapan dari
seorang ayah yang memiliki semangat berkobar-kobar yang tertanam dalam jiwanya,
untuk menyekolahkanku walaupun hanya sebagai seorang nelayan, yang tak pasti
berapa penghasilannya dalam sehari .
Setelah lama kami duduk di
pelabuhan, akhirnya datang juga orang yang kami tunggu-tunggu,
*****
Pagi itu tepat tanggal 20 april
bertepatan hari senin, tidak lama lagi aku akan menghadapi ujian nasional,
sudah hampir 3 tahun aku arungi masa remaja, namun tidak pernah aku merasakan
hal yang kata orang masa remaja adalah masa yang sangat indah dan dipenuhi
kebahagiaan. tapi sebaliknya, justru dimasa remaja lah aku merasakan kesulitan
yang sangat mendera jiwa dan ragaku.
Pagi itu aku bersiap-siap pergi
kesekolah, sedangkan ayah sedang menyiapkan jaring
untuk pergi menangkap ikan. Setelah selesai sarapan yang telah dipersiapkan
oleh kakak yang sangat aku sayangi. Aku berpamitan dengan ayah dan ibu, aku tidak tahu kenapa hari ini
perasaan ku ada yang mengganjal, apa lagi ketika aku berpamitan dengan ayah,
beliau berpesan kapada ku.
“belajar yang baik ya nak, semoga
allah senantiasa bersama mu dan jangan lupa jaga adik dan kakak mu”.
Aku hanya menunduk, seraya mencium
tangan ayah. Aku tak pernah merasakan hari yang begitu berat untukku
melangkahkan kaki dari rumah menuju ke sekolah untuk menggapai bintang yang
cerah. Yang menyinari keluargaku. dengan perasaan berat hati aku pergi menuju
ke sekolah bersama teman-teman sebayaku.
Disaat menuju ke sekolah aku hanya
diam, diam, dan diam. sementara teman-teman bercerita tentang aktifitas yang
mereka lakukan pada hari minggu, biasanya aku dan teman-teman bermain bola
bersama-sama, namun pada hari minggu ini aku tidak bisa bermain bersama mereka.
aku harus membantu ayah menangkap ikan di laut, sebenarnya ayah tidak pernah
mengizinkan aku ikut menangkap ikan, tapi aku tetap ngotot untuk ikut menangkap
ikan dilaut dilaut bersamanya, aku ingin berbakti kepada orang tua. Aku sangat
perihatin melihat orang tuaku yang sudah separuh baya mencari nafkah sendirian.
setiap bekerja bersamanya ku lihat
matanya memendam rasa yang sangat lelah, letih yang sangat mendalam. namun
itulah tanggung jawab sebagai kepala keluarga harus memberi nafkah untuk
keluarganya.
Tak terasa setengah jam aku dan
teman-teman berjalan kaki dari rumah menuju kesekolah dan akhirnya kami sampai
juga dan langsung menuju kekelas, saat menuju ke kelas teman-teman yang
kulewati terlihat aneh melihatku. Aku pun tak tahu kenapa mereka sinis
melihat ku. Mungkin di karnakan, aku tidak
seperti biasa yang mereka lihat. memang hari ini aku tidak tahu mengapa
aku seperti ini, aku hanya diam, pikiran ku melayang-layang dengan kata-kata
yang ayah lontarkan di saat aku berpamitan denganya. selama aku hidup belum
pernah mendengarkan kata-kata yang sangat menusuk kalbuku seperti saat ini.
Sesampainya di kelas aku langsung
menuju mejaku, disudut pas di bawah peta kabupaten, aku duduk disebelah teman
ku. yang orang tuanya bekerja sebagi nelayan bersama-sama dengan orang tuaku,
setiap hari minggu biasanya kami berdua membantu orang tua melaut, namun pada
hari minggu kemaren dia tidak ikut melaut bersama orang tua nya. Dia di ajak
paman nya kekota, untuk melihat sekolah yang akan dia tuju setelah lulus dari
SMP nanti, aku sangat bangga kepada nya, walaupun orang tua nya bekerja sebagai
nelayan, namun tidak menggoyah kan cita-citanya yang ingin menjadi pilot.
“din , kemaren kau kekota ya?”.
“ia, dari mana kau tau ?”
“aku tau dari bapak kau, kemaren aku
sama-sama dengan bapak kau melaut trus aku Tanya dengan bapak kau”.
“o…ya din, katanya kau mau sekolah
dikota ya?”.
“itu baru rencana wan, belum pasti
lagi” jawab nya
“rencana nya kau mau masuk sekolah
apa?”tanya ku
“kemaren aku mau di masukkan SMK, biar tamat SMK, aku langsung dapat berkerja. Kalau kau wan mau
melanjutkan sekolah dimana?”
“aku belum tau lagi din, kalau bisa
sich nyambung lah, ilmu itu kan penting din, itu pun kalau ada duet”.
Belum lama kami ngobrol, tiba-tiba
lonceng masuk pun berdentang, semua siswa menuju kekelasnya masing-masing. hari
senin ini sekolah kami tidak melaksanakan upacara bendera, karna lapangan di
genangi oleh air, sudah satu minggu hujan membasahi bumi ditimur selat Melaka.
*****
Disaat suasana belajar, sungguh tidak
tenang batinku. Bagai kan genderang mau perang yang di hantam ribuan masalah
dan rintangan. Ketika mata ku tertuju keluar tanpa memperhatikan penjelasan buk
guru di depan kelas. Kulihat mata hari bersinar tidak lagi leluasa. terhadang
awan gelap gulita. Tidak lama kemudian guruh kembali bersahut-sahut mengepung
langit, tiupan angin membawa rintikan gerimis yang berganti hujan yang tercurah
dari ember raksasa, sehingga membasahi alam yang indah ini. Kutatap langit
kelabu dengan rasa was-was yang mendalam. Pikiran kuterbang melayang memikirkan
ayah ku yang sedang melaut, beliau pasti sangat kedinginan, menentang ombak
yang sangat ganas, sambaran petir menjilat-jilat bagaikan si jago merah yang
ingin melahap gedung raksasa.
Kulihat dari kejauhan ada seseorang
berlari tergopoh-gopoh melewati derasnya hujan untuk menuju kekelas ku. mataku
samar-samar melihat orang itu, namun aku
kenal dengan bentuk tubuhnya yang di selimuti kabut asap, rambut nya menjulur
panjang. Lama ku tatap orang itu dari kejauhan. Akhirnya aku tahu juga disaat
dia berteriak-teriak memanggil namaku, kami satu kelas pun heboh disaat
mendengarkan suara itu.
“kalau tidak salah itu adalah suara kakak” batinku suara itu makin
lama, makin jelas mendekati kelas ku.
“wan,…….wan,…..wan,……pulang wan” panggil
nya
Suara itu merangsang
kepikiranku yang dari tadi melayang tidak tentu arah, aku pun langsung berlari
keluar kelas. Kulihat kakak menangis tersedu-sedu, aku tidak tahu entah apa
yang terjadi. Kakak langsung memelukku dan berbicara dengan terbata-bata.
“wan…..wan….a….a..ayah
wan” ucapnya
“Ada apa kak
dengan ayah” aku panik
“ayah wan” kakak
ku mengulangi perkataan nya
“ayah kenapa
kak?”Tanyaku,dengan nada meninggi
“ayah tenggelam
wan”
Tanpa banyak kata-kata
aku langsung berlari menuju kerumah, melintasi terjangan air hujan yang
menghadang, yang diiringi deraian air mata yang mengalir membasahi pipi. Hati
ku sangat terpukul setelah mendengar kabar yang tak pernah terlintas dalam
benakku.
Sesampai dirumah,
kulihat orang telah banyak berkumpul. Air mata ku makin deras membasahi bumi,
tak sanggup aku tahan. Aku langsung masuk kedalam rumah tanpa mengganti pakaian
terlebih dahulu. kulihat adik kecil ku menungisi sebelah jasad yang telah
terbujur kaku terselimuti kain putih yang menutupi seluruh tubuh nya, sedangkan
ibuku tidak bisa berbuat apa-apa, hanya mengalirkan air mata tiada henti.
Hujan pun mulai
reda, tapi tak bisa meredakan tangisku, adik, kakak dan ibu. Ayah yang selama
ini sangat kami sayangi telah pergi
meninggalkan kami semua.
Setelah selesai di
solat kan, jasad ayah langsung di bawa kepemakaman, saat kupikul jenazah ayah untuk berangkat
menuju istana terakhirnya. Air mata ku berderai-derai serentak dengan langkah
kaki ku. Awan menyelimuti pemakaman ayah ku tercinta.
Selesai sudah pemakaman
ayah, sangat berat rasanya ketika aku
harus meninggal kan seonggok tanah yang menjadi rumah terakhir untuk ayah.
Hanya teriring doa yang ku kirim kan buat ayah, semoga ayah diterima disisi
nya, aku yakin suatu saat kelak kami pasti bisa bertemu kembali di surganya.
Darel
hikmah,20 des 2009
M.irfan
rosyadi
Mahasiswa ilmu ekonomi UII
SEKENARIO KEHIDUPAN KU
Sekenario kehidupan ku
Berputar mengikuti naskah drama yang tak aku ketahui
berjalan
mengikuti alur yang tak pasti
Tak terasa, gonjang-ganjing irama
Dan nada kehidupan telah kuarungi
Produser kehidupan ku
Kamera kejahatan selalu menyorot ku
Selalu menggoda ku untuk melakukan ekting yang tak
menentu
Sehingga aku terjerumus ke seting yang hina
Wahai preduser kehidupan ku
Hati kecil ini, memberontak karna antagonis mu
Malaikat nurani ku selalu merintih
Loding otak ku selalu gelisah
Wahai produser kehidupan ku
Apakah ini naskah drama takdir ku ?
Karya: M, irfan rosyadi
We_h@,24 nov “10
21,38 wib
MASIH TERMENUNG DISINI
Saat mentari terbenam meninggalku disini
Aku masih termenung sendiri. sepi
Hingga gelap timbul menghilangkan jejak langkah
kaki
Malam datang tanpa ku undang dan akan
slalu datang
Menemani tanpa meninggalkan sepatah kata
yang berarti
Rembulan hanya bisa tersenyum kala ku
tatap dengan kegundahan
Terkadang rembulan bersembunyi dibalik
awan
Enggan menemani malam kesendirianku
Hanya suara binatang kecil slalu setia
memaki
Aku masih termenung disini.
Bersama angan-angan yang terbang
melayang
Dikala dinginnya malam menerpa seluruh
raga
Mata mengikuti gerak kunang-kunang yang
menari di pepohonan menikmati embun bertaburan
Sungguh indah tarian itu.
Renungan ini hanya membawa beban yang
tak terselesaikan
Jiwa ini tertekan dengan fenomena yang
menghimpit
Sakit, sungguh sakit
Malam tak bisa mengobatinya
Sementara bintang hanya bisa mengejek
tak yakin bisa ku gapai dengan renungan
tanpa batas
Aku malu, tersudutkan oleh skenario
kehidupan
Esok, Saat mentari cerah datang
menghampiriku
akan ku Hentikan kegundahan dan mematikan
kesengsaraan
M. irfan rosyadi
Santri
darel hikmah,
15
januari 2013
@Ruang
tanpa batas
*TERBIT DI RIAUPOS (1 FEBRUARI 2013)
PENTAS LAMUNANKU
“hadirin yang
berbahagia, maba[1]
dan miba[2]
yang kami sayangi. Memasuki acara yang ke tiga yaitu sambutan dari ketua
Lembaga Eksekutif Mahasiswa, kepadanya kami persilahkan”. Suara MC menggama
dilapangan yang dipenuhi oleh ribuan pasang mata intelektual muda.
“Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatu”.
“ allhamdulillahirabbil
alamin assalatuassalamuala asrafil ambiya’iwalmursalin wa’ala alihi wasyahbihi
ajma’in…amma ba’du.
Yang saya hormati,
bapak rektor Universitas Islam Indonesia beserta jajaran dekanat yang berkenan
hadir memenuhi undangan kami,
Dan tidak lupa buat
teman-teman, serta maba yang saya banggakan dan miba yang saya
sayangi.
Setinggi puji sedalam
syukur tetap tercurahkan kepada allah SWT yang telah memberikan kita nikmat
jasmani dan nikmat rohani sehingga kita bisa bertatap muka dan momen yang
sangat penting bagi sebagian kakak kelas untuk berjabat tangan dengan miba…hehehehe
jomlo ni ye.
Sholawat beriringkan
salam mari kita hadiahkan buat junjungan alam yakni nabiuna Muhammad SAW, allahummasholli
ala sayidina muhammad wa ala alihi wa’ashabihi ajama’in.
Hadirin yang berbahagia,
Saya berdiri dihadapan
insan-insan intelektual yang berjiwa besar, ujung tombak kemajuan Indonesia. Saat
ini negara kita sangat memerlukan tokoh-tokoh yang berkompeten dalam bermain
catur_ istilahnya seperti itu lah_dikancah nasional dan internasional. Aduh kok
serius kali ne, hehehehe. Ya udah sebenarnya saya berdiri di sini hanya ingin
mengucapkan selamat datang, welcome, ahlan wasahlan buat intelektual
muda yang telah tepat memilih tempat menimba ilmu, kampus kesayangan kita, ysng
merupakan kampus kebanggaan Indonesia sebagai ruang untuk memperdalam keilmuan
kita semua.
Hanya itu yang dapat
saya sampaikan kesempatan siang yang penuh rahmad, insyaallah. Karena kita
berada didalam bulan ramadhan. Mudah-mudahan maba dan miba kuat
menjalankan puasa pada hari ini, amin. Sebelum saya menutup sambutan dari saya,
ada sepatah pantun dari tanah kelahiran saya_Riau_.
Buah sagu enak rasanya
Jangan lupa dicampur
madu
hati daku gembira
rasanya
karena mendapat adik
yang baru
Sekian, wabillahitaufik
wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatu”. Deg… deg …ser… jantung ku saat memberikan
sambutan yang pertama kalinya dihadapan mahasiswa, walaupun sudah 4 tahun latihan pidato didepan kaca tetap saja
celana goyang buatan ibuku berayun padahal tidak ada angin sama sekali.
*****
PonPes Deh@ 2009
“Masjid adalah rumah
allah, oleh karena itu mari kita memakmurkan masjid. Agar kita mendapatkan
ganjaran pahala dari allah SWT”. Suara dan kalimat itu sudah 1001 kali hinggap
ditelinga ku dan ratusan teman seperjuangan_yang mendengarkan_ Saat berada
dipenjara suci yang telah lama aku tinggalkan. Apa kabar penjara suci yang
kadang ku rindukan dan kadang membosenkan?.
“ man la yaa
tazakkir wahua kirdun”.
Kirdun_monyet_, hampir puluhan santri yang disebut monyet, termasuk aku.
Hehehe, Tidak tahu kenapa. Kalimat itu kalau diartikan secara harfiah “ barang
siapa yang tidak berzikir, dan dia adalah monyet”. Harus berapa kali aku
dipanggil monyet ?, entah lah. Setiap
sholat shubuh, zuhur, dan asyar. Aku slalu mengantuk saat mendengan suara
merdu, sahdu dan sayup-sayup, seperti nyanyian sebelum tidur yang dinyanyikan
oleh ibu ku waktu aku masih SD.
Sungguh cepat waktu
yang ku lalui di penjara suci, tak terasa 3 tahun sudah aku menuntut ilmu di
tempat yang penuh dengan canda tawa yang kadang terselip kesedihan dan
kegelisahan. 3 tahun terasa 3 bulan, hehehehe lebay lah. Ya, begitulah
kenyataannya kawan, karena waktu sangat cepat berlalu. Shubuh berganti zuhur,
zuhur berganti asar, asar berganti magrib dan magrib berganti isya’. Jadi waktu
untuk bermain dan berleha-leha santai bersama teman-teman sambil mengisap cidung[3]
dikamar 12 madinah, hehehehe._cidung kami adalah CM _clas mild_dan
SM_sampoerna mild. Ah itu tak perlu diceritakan, tau sendiri lah kawan.
tiga tahun dipenjara
suci, hampir 3000 kali_bila dihitung menggunakan statistik teori david
richardo_ aku mendengarkan wejengan-wejengan[4]
yang berarti bila ku nikmati dan membosenkan bila SM ku lagi habis. Yach SM
lagi, hehehehe. Tetapi ada beberapa wejengan yang sampai saat ini aku
ingat, terpatri dalam jiwa dan memori ku. Maaf kawan hanya tiga wejengan yang
bisa aku sebutkan. Yang pertama wejengan dari pengasuh yang telah mendahului
kita semua.
“ikat lah hati mu
dengan masjid, dimana pun kamu berada”.
Semoga beliau selalu
bersinar dan menyinari hati kita yang mencintainya. Sedangkan wejengan yang
kedua adalah dari wakil pimpinan bidang pendidikan, semenjak pengasuh yang kita
cintai dipanggil oleh sang khalik, beliau_walik pimpinan bidang pendidikan_
menggantikannya sebagai pengasuh.
“selaraskan pikiran dan
hati, dalam melakukan apa yang kamu ingin lakukan”.
Jujur kawan, kata-kata
itu sangat sulit untuk aku praktikkan dalam mengambil keputusan, tetapi yakin
lah kawan, kita bisa terus berjuang dan jangan menyerah. Wejengan yang ketiga.
“disaat kamu menuntut
ilmu apa yang kamu rasakan sulit, maka laksanakan lah/jalanilah/lawan kesusahan
itu. Karena setiap apa yang kita rasakan pahit saat ini, akan menjadi manis
dimasa akan datang”. Kata-kata ini selalu aku coba dan terus ku coba dalam
mempraktikannya di kehidupan sehari-hari. Tetapi jangan salah mengartikannya,
maksud dari kata-kata ini hampir sama dengan “bersusah-susah dahulu,
bersenang-senang kemudian”. Aku rasa hanya beberapa yang orang yang tahu dengan
apa yang diucapkan oleh wakil pimpinan tiga ini. Karena saat itu hanya beberapa
teman-teman REMAS _remaja mesjid_ yang menetap dimasjid setelah selesai mengaji
bersama wakil pimpinan tiga.
*****
Kampus, @2011
“fan…fan..yach melamun”.
sapa neng
“owh..ia neng ada apa ?”
tanya ku kaget
“acara udah selesai ne,
pulang yok”
“ ayok”
Sungguh panjang
lamunanku saat itu, sampai-sampai acara sudah selesai aku sendiri tidak tau.
Sambil berjalan menuju keparkiran, aku tersenyum semar mesem sendiri. “Huf,
kisah lama itu kembali teringat lagi ya”. Tanyaku dalam hati. “ terima kasih
ustad, wejengan dari mu sangat berarti buatku saat ini, karena contoh dari mu.
Aku bisa berdiri gagah dihadapan ribuan mata miba yang cantik-cantik,
hehehe.
“fan, sambutanmu tadi
luar biasa ya” puji dari neng
“wah biasa ja rasanya
neng. Hehehe”
“hmm, kamu lulusan
pesantren ya fan ? tanya neng.
Kawan tau gak? Serba
salah aku mau menjawab pertanyaan dari gadis bandung yang lumayan jelita ini.
Karena selama ini Identitas ku sebagai lulusan pesantren berusaha aku tutup-tutupi
sebisa mungkin, jadi otomatis teman-teman kampus tidak mengetahui, bukan karena
kau malu atau mimder, akan tetapi aku ingin mereka tahu sendiri dari
kepribadian dan tingkah laku ku.
“yach begitu lah neng”.
“wah kebetulan sekali
fan, besok dirumah paman ku ada acara khitanan anak nya. Jadi kamu bisakan
memberikan tausiah dalam acara itu? Aku mohon”. Pinta neng dengan sangat.
“aduh gimana ya neng,
jadi gak enak aku ne. hmm…insyaallah aku bisa”.
“makasih ya fan”
“sama-sama neng”
Kawan, Tahu kah kau
bahwa gadis yang bernama neng ini adalah santriwati lulusan gontor putri yang
memiliki potensi lebih dari pada aku, ia adalah anak kyai pengasuh salah satu
pesantren didaerah bandung yang bersama-sama dengan ku menuntut ilmu di
Universitas Islam Indonesia. Ia juga sangat terampil dalam berbahasa asing,
bahasa arab dan inggrisnya cair bagai air mengalir, sedangkan aku?. kadang aku
merasa minder bila berada satu kelas dengannya.
Cukup sekian surat
cinta buat pesantrenku, dari insan yang penuh dengan kehilafan. Teruslah maju
pesantrenku, tampil terdepan dalam berkompetisi mengikuti arus dunia yang
setiap saat berubah, serta tetap membentuk dan mengokohkan insan-insan yang
berkompeten serta menjunjung tinggi amar ma’ruf nahi mungkar.
“sesuatu
hal yang kita rasakan saat ini, adalah buah dari masa lalu”
M.
irfan rosyadi
Alumni
14 ponpes d3h@
DARI DO’A KE BEASISWA
*****
“fan,
kamu dipanggil pak harto”. Panggil rudi
“wah,
ada apa ya rud saya dipanggil pak harto?” tanya ku kaget
“
gak tau gue fan”. Jawab rudi, singkat
Aku
langsung bergegas berdiri dari tempat duduk ku dan berlari kecil menaiki tangga
menuju ruang jurusan tempat pak harto berada. Sesampainya diruang jurusan, ku
hela nafas panjang sambil mengusahakan diri untuk bertenang. Jarang-jarang ada
mahasiswa sepertiku dipanggil oleh ketua jurusan, kalau ada pun, biasanya
mahasiswa yang mendapatkan benang merah tanda DO[1].
Karena jarang kuliah atau SPP menunggak 13 bulan, tapi aku sering masuk kuliah,
setiap ada tugas aku kerjakan dengan baik, dan SPP ku alhamdulillah tidak
menunggak. “huf, kenapa gerangan aku dipanggil pak harto?” kenang ku dalan
hati._Ketua jurusan yang berwajah kalem, berkumis lebat, berbadan tegap. Bissmillahirohmanirrohim
aku memberanikan diri mengetuk pintu, ruangan pak harto.
“Assalamualaikum”
sapa ku dari luar ruangan
“wa’alaikumsalam,
masuk fan” jawab pak harto, sekalian mempersilahkan aku masuk
“Terima
kasih pak, ada apa ya saya dipanggil?”
“oo.
Gini fan, jurusan kita akan mengadakan acara halal bi halal se Universitas,
jadi semua manual acara di isi oleh mahasiswa jurusan kita, hampir semua agenda
sudah ada yang mengisi, namun tinggal dua agenda yang masih kosong. Yang
pertama ngaji, yang kedua do’a.bapak berharap irfan bisa mengisi salah satu
dari dua acara tersebut. Kebetulan irfan kan lulusan pesantren. Sekarang bapak
tanya sama irfan, irfan mau ngaji atau do’a?”.
Muka
ku barubah menjadi merah padam saat mendengarkan penjelasan dari pak harto,
sungguh beban yang berat bagi ku. sebuah permohonan untuk mengisi salah satu
acara tersebut mencabar jati diri ku sebagai “SANTRI”.
Mengaji?,
dahulu memang pernah aku belajar mengaji mahrojul huruf[2]
dengan ibu ku saat aku masih barada
di bangku madrasah idtida’iyah dan dengan ustad khoirul ketika aku
berada dipesantren. Namun kualitas melafalkan huruf hijaiyah tidak tepat dan
sering kebacut . andai saja disini ada sahabat ku, pasti sesaat itu
langsung ku telpon untuk meminta bantuan agar dia mengaji di acara itu.
Do’a
? “ wah do’a, hmm bisa tidak ya ?”. semenjak berada di pondok, aku tidak pernah
berdo’a dan diamini dengan orang banyak. Karena setiap sholat, aku selalu
berada di shaf paling belakang_sebelah adik-adik MTS_, selesai sholat,
zikir, trus duduk diam menengadahkan kedua belah tangan lalu mengucapkan amin. Sampai ustad atau kakak kelas dan
kadang kala ada teman yang memberanikan diri untuk membaca do’a.
“ya
allah, tantangan ku kali ini terasa berat, tapi terhidang di depan muka yang
merah padam dihadapan ketua jurusan yang berkumis tabal ini.” Batin ku
“gimana
ya pak ? jujur ya pak, saya tidak pinter mengaji dan suara saya jelek”. Malu
nya aku
“ya
udah, irfan do’a saja ya? Tolong jangan ditolak permintaan bapak. Karena acara
sudah tinggal dua hari lagi, mau mintak tolong dengan siapa lagi bapak, selain
dengan irfan. Irfan tau sendiri lah, teman-teman kamu belum tentu bisa berdo’a
dihadapan umum, jadi bapak berharap irfan bisa mengisi acara itu”, pinta pak
harto dengan wajah lembutnya
“ia
pak, insyaallah akan saya usahakan”, jawab ku lesu
“oke,
terima kasih ya fan, sekarang irfan boleh kembali’.
‘ia
pak, assalamualaikum”.
“wa’alaikumsalam’.
Deg..deg..ser
tubuh ku ketika keluar dari ruangan yang menyeramkan bagi mahasiswa yang
mendapatkan warning DO, hehehe. Tapi aku bersyukur, aku dipanggil bukan karena
mendapatkan warning DO. Namun bagi ku, beban dari pak harto lebih menyeramkan
dari pada warning DO saat itu.
*****
Hari
yang ditunggu-tunggu telah didepan mata, acara demi acara telah berlalu, tak
terasa setelah siraman rohani dari KH. Musthofa bisri sebentar lagi selesai.
Dada ku berdetak kencang begaikan tanah yang di gempur oleh rudal 1B93 buatan
rusia yang sengaja dijatuhkan untuk meluluh lantakkan bangunan-bangunan
bertingkat di negri yang terkenal dengan minyak buminya_irak_, bayangkan saja
kawan betapa dahsyatnya getaran itu. Seperti itulah kondisi dada ku, tangan
bukan main dingin, nafas naik turun bagaikan lari terbirit-birit dikejar anjing
tetangga.
“selanjutnya
do’a, kepada m. irfan rosyadi kami persilahkan”.
Jantung
ku semakin kencang berdetak, tak terkendali. Seandainya di hitung menggunakan
mesin pendeteksi jantung, mungkin sudah melonjak keangka yang tak terkira, satu
detik 50 kali jantung ku berdetak. Luar biasa kawan. tapi yang jadi pertanyaan,
ada atau belum ada mesin pendeteksi jantung itu kawan?. Entahlah.
Dengan
gagah aku berdiri maju keatas podium, dengan langkah tegap seperti ustad yasmar
ketika menaiki podium untuk berkhutbah dihari jum’at. Menggunakan jas berwarna
cream, baju batik sedikit terlihat dibagian tengah jas yang tidak dikancingkan,
peci hitam agak sedikit miring kekanan seperti presiden soekarno, begitulah
kira-kira kawan.
Berdiri
sudah aku dipodium, dihadapan para dekan dan mahasiswa ilmu ekonomi, pak rektor
juga hadir dalam ruangan ini._sinis melihatku_ mungkin agak heran karena langka
mahasiswa sepertiku naik podium untuk membaca do’a, yang lebih sepertiku
kemungkinan banyak. Hehehe
Pembacaan
do’a ku awali dengan melafalkan basmallah, alhamdulillah
dilanjutkan dengan do’a untuk kedua orang tua serta beberapa do’a yang ada di aurodhul
fajar[3].
di tengah-tengan do’a berbahasa arab, sedikit ku selipkan do’a berbahasa
indonesia. Beginilah do’anya.
“ya
allah ya tuhan kami, jadikanlah kami mahasiswa. Mahasiswa yang baik”
“Ya
allah ya tuhan kami, jadikanlah dosen-dosen kami, dosen yang baik”
“Ya
allah ya tuhan kami, jadikanlah pemimpin-pemimpin kami, pemimpin yang baik”
Selanjutnya
aku lanjutkan dengan do’a penutup, yaitu do’a khafaratul majlis[4]
seperti yang diajarkan oleh ustad imat saat aku berada di pondok.
Allhamdulillah selesai sudah pembacaan do’a, rasa bangga terselip dalam jiwaku.
Ini lah aku santri darel hikmah sebenarnya. Hehehehe. Dengan sedikit
membusungkan dada, aku kembali ke tempat duduk ku. Ingin rasanya aku
melambaikan tangan dihadapan ratusan hadirin. Hehehe, dasar wong katrok.
*****
Malam
ini, malam indah yang aku rasakan. Siang tadi, siang yang cemerlang, gemilang
dan terbilang yang pernah aku rasakan. Karna aku sudah punya nyali untuk tampil
dihadapan dosen dan teman-teman. Padahal selama 36 bulan dipesantren, hanya 6
kali aku berdiri dihadapan teman-teman seperjuangan didalam kurungan penjara
suci. Berdiri pertama kali karena aku santri baru dipaksa untuk memperkenalkan
diri. Yang kedua karena aku menjadi pembawa acara disaat muhadarah[5]
tingkat kamar. Yang ketiga, empat, lima dan enam karena aku dihukum oleh ustad,
disebabkan aku terlambat masuk kelas, tidak menghafal mufrodat[6]
dan tidak mengumpulkan tugas. Hehehe. sungguh miris dan menyedihkan sekali
histori ku dimasa lalu, sampai-sampai muka ini lebih tebah dari pada tembok
rayon madinah. Tapi ingat kawan, karena sudah terbiasa dihadapan teman-teman
dan ustad dalam kondisi memalukan. Saat ini aku bisa berdiri dihadapan dosen
dan mahasiswa dalam kondisi membahagiakan.percaya atau tidak, kawan-kawan pasti
bisa merasakan apa yang aku rasakan.
*****
2
bulan setelah peristiwa itu berlalu.
“oh
ya rud, dengar-dengar ada lowongan beasiswa dari jurusan ya?”
“ia
fan, aku udah siap ne semua berkasnya”
“wah,
kamu kok gak ada ngasi tau aku rud?”
“maaf
fan, aku aja tau ada beasiswa dari rifki. Katanya dia dikasi tau oleh kakak
tingkat”
“owh
ngono tho, aku mau ngajukan juga lah, apa aja persaratannya rud?”
“Kamu
liat aja di group jurusan kita”
“Oke
la kalo gitu rud”
Aku
langsung menuju keruangan komputer untuk melihat persyaratan beasiswa tersebut.
15 menit aku di depan komputer, ternyata persyaratan yang dibutuhkan hanya foto
kopi kartu mahasiswa dan sertifikat. Wah sangat bahagia aku mengetahuinya,
karena aku banyak memiliki sertifikat-sertifikat, hampir 15 sertifikat pramuka
dan perlombaan-perlombaan yang pernah aku ikuti. Yang terpenting adalah 2
sertifikat organisasi yang pernah aku lalui. Tahu kah kawan sertifikat apa
saja? Ayo inget-inget, hehehhe. Yaitu sertifikat OSDH[7]
dan REMAS[8].
Ketika
semua persyaratan terlengkapi, langsung aku serahkan persyaratan tersebut ke
kantor jurusan. Saat aku tanya petugas penerimaan berkas beasiswa, kapan
beasiswa akan di umumkan?. Katanya, sekitar dua minggu lagi. Dengan sabar aku
menunggu pengumuman itu keluar.
2
minggu kemudian
“alhamdulillah
fan, persyaratan aku diterima !” teriak rudi dari depan papan pengumuman
“ ia
rud? Aku diterima gak?”tanya ku
“liat
sendiri lah fan” rudi langsung berlari ke kantin untuk menemui teman-teman
Dengan
perasaan was, was, aku menghampiri papan pengumuman yang terpampang disebelah
kantor jurusan. Jari telunjukku terus mencari-cari nama ku, dari nomor terbawah
sampai kepertengahan, tidak ada tertera nama ku, yang mirip dengan namaku pun
tidak ada. Sampai ke urutan pertama pun belum aku jumpai. Seketika badan ku
lesu, lemas. Aku langsung beranjak pergi meninggalkan papan pengumumam, menuju
kekantin untuk menemui rudi dan teman-teman yang lain.
“fan,
jangan lupa traktirannya ya !” panggil siska
“traktiran
apa sis?”
“kamu
kan lulus persyaratan beasiswa, coba liat dipapan pengumuman didepan ruang
komputer!”
“apa?
Didepan ruang komputer?” tanyaku sinis
“ia
“jawab siska
Aku
langsung berbalik arah menuju keruang komputer. Sesampainya di depan ruang
komputer, nafas ku naik turun seperti orang dikejar pocong seperti dalam film
tali pocong perawan yang di perankan oleh dewi persik saat itu, hehehe. Tapi
aku kurang tau adegan pocong dalam film itu (karna aku “Cuma” denger cerita
dari teman dan abang kelas waktu di pondok) hehehe.
“alhamdulillah
ya allah, aku lulus”
Baru
aku tahu, bahwa program beasiswa yang diadakan oleh jurusan ada dua. Yang
pertama dari jurusan, sedangkan yang kedua adalah kerja sama antara jurusan
dengan PT HM sampoerna Tbk. Rudi
sahabatku, dia mendapatkan beasiswa 4 juta per dua semester dari jurusan,
sedangkan aku, alahamdulillah mendapatkan 5 juta per satu semester dari jurusan
dan PT HM sampoerna Tbk. Lumayan kawan.
Ingat
kawan, berkat sertifikat yangg aku dapatkan dipenjara suci, aku bisa
meringankan beban ayah dan ibu ku dalam menyekolahkan ku. Padahal dulu aku
berpikir kertas yang berwarna-warni, dibawahnya tergores tinta hitam
bergelombang halus naik turun seperti cacing hitam disiram minyak oli
kotor_tanda tangan_itu tidak berguna disaat aku kuliah. Tapi, aku salah kawan.
m.irfan
rosyadi
Djogja,
20 sept 2011 pukul 17:18 wib
[1]
Droup out
[2]
Tempat keluar huruf, dalam bahasa arab
[3]
Kumpulan do’a, sholawat dan zikir. Yang ku dapatkan saat di pondok darel hikmah
[4]
Subhanakallah humma wabihamdika asshaduallailahaillah anta astagrfiruka
wa’atubuilaih
[5]
Belajar berpidato
[6]
Kata-kata dalam bahasa arab
[7]
Organisasi Santri Darel Hikmah
[8] Remaja
masjid
Langganan:
Postingan (Atom)